Ruwat Bumi di Obyek Wisata Guci, Bupati Umi Azisah Mandikan "Kambing Kendit"
Selasa, 02 Agustus 2022
KABUPATEN TEGAL- JAWA TENGAH|| Medanbintang.online - Ruwat Bumi dalam rangka peringati hari besar islam 1 muharram 1444 H di Obyek wisata Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal berlangsung dengan semarak. Selain pihak pariwisata selaku pengelola Obyek Wisata Guci, dua (2) desa sekitar wilayah obyek wisata seperti desa Guci dan desa Rembul ikut meriahkan prosesi acara ruwat bumi tersebut. Berbagai gunungan berupa hasil pangan serta kesenian-kesenian tradisional desa menjadi pelengkap dalam melestarikan budaya lokal. Sedangkan sebagai acara puncak yang menjadi jargon dalam kegiatan rutin tahunan peringatan ruwat bumi adalah prosesi memandikan seekor kambing kendit. Dalam prosesinya, kambing kendit dimandikan langsung oleh Bupati Tegal, Umi Azisah di pancuran 13 Obyek Wisata Guci. Selasa (2/7/2022)
Hadir dalam acara tersebut, Bupati Tegal Umi Azisah beserta jajaran Forkompimda, Forkopimcam serta Kepala Desa setempat. Dalam sambutanya Umi Azisah menyampaiakan rasa hormat kepada segenap Jajaran Anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Tegal Kepala Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tegal, Camat Bumijawa dan jajaran Muspika Bumijawa, Para kepala desa, para sesepuh, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat lainnya yang berkesempatan hadir dan tamu undangan yang berbahagia.
"Alhamdulillahirobbil ’aalamin,wash-sholaatu wassalamu ‘ala asyrofil anbiyaa’i wal mursaliin,wa‘ala aalihi washohbihii ajma’iin. Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, nikmat dan karunia-Nya kita masih diberikan kesempatan untuk mengikuti serangkaian acara Prosesi Ruwat Bumi Guci ini dalam keadaan sehat wal afiat. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw yang telah membimbing umat manusia kepada jalan kebenaran. Pertama-tama, atas nama Pemerintah Kabupaten Tegal saya mengucapkan terimakasih dan memberikan apresiasi kepada para panitia juga seluruh warga Guci dan para pihak lainnya yang telah ikut serta membantu, berkolaborasi mengemas dan menyajikan acara ini, sehingga kita yang hadir disini semuanya dapat mengikuti dan menyaksikan prosesi Ruwat Bumi ini dengan seksama. Mudah-mudahan, lewat acara ini akan tersampaikan pesan dan membawa kesan bagi siapa saja untuk ikut serta melestarikan, merawat, nguri-uri tradisi ruwat bumi ini. Ujar Umi Azisah.
Umi Azisah juga mengatakan jika ditinjau dari akar budaya bangsa kita yang sangat menjunjung tinggi menghargai alam ciptaan-Nya, maka saya memandang ruwat bumi ini sebagai manifestasi, wujud nyata ungkapan rasa syukur kita, rasa syukur masyarakat Guci dan sekitarnya atas segala nikmat dan karunia yang telah Allah diberikan. Dan sekaligus pula ini bermakna sebagai sarana mendekatkan diri, meningkatkan ketakwaan juga keimanan kita kepada Sang Khalik. Dari sisi kebudayaan, ruwat bumi ini adalah wujud penghormatan kepada para leluhur, para pendahulu yang telah mewariskan kekayaan alam kepada anak-cucunya berupa hamparan lahanpertanian yang tetap subur, udara dan air yang tidak tercemar, dan hutan yang terjaga kelestariannya. Sehingga kita sebagai generasi penerusnya pun dapat melanjutkan dan mengolah warisan ini untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dengan tetap memperhatikan keseimbangan alam.
"Hasil bumi yang melimpah, kunjungan wisatawan Guci yang terus meningkat adalah berkah dari ikhtiar kita menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan lingkungan dan tidak kalah pentingnya keramahan kita pada alam juga pengunjung obyek wisata Guci. Untuk itu, saya sangat mendukung acara ini, tradisi baik ini, kekayaan bangsa ini yang harus terus dilestarikan. Selain menjadi daya tarik wisata, ada nilai-nilai universal yang terkandung pada prosesi ruwat bumi ini.
Bahwa ruwat bumi menyadarkan kita bahwa ada yang lebih berkuasa dalam menentukan hidup dan kehidupan ini beserta seluruh isinya, yaitu Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa Artinya, kita sebagai makhluk-Nya diwajibkan untuk bersyukur sekaligus memohon perlindungan agar terhindar dari segala marabahaya yang dapat mengancam keselamatan ummat, baik itu yang datangnya dari alam maupun dari diri kita sendiri.
Mengingatkan kita akan jasa-jasa para pendahulu yang telah mewarisi kondisi lingkungan alamnya yang terjaga baik, tidak rusak oleh tangan-tangan jahil, tidak dirusak oleh kepentingan ekonomi sesaat. Maka kita sebagai generasi penerus pun wajib menjaganya. Menjaganya dari apa? ya tentu dari segala sesuatu yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan baik secara fisik maupun non fisik, seperti sampah, polusi udara, pencemaran air dan tanah, termasuk menjaga citra kawasan Guci ini sebagai destinasi wisata keluarga.
Penyelenggaraan Ruwat Bumi Guci yang merupakan hajatan bersama ini membawa kita pada arti pentingnya kekerabatan sosial. Indahnya kebersamaan dan semangat saling berbagi diantara sesama warga Guci dan sekitarnya akan semakin memperkuat modal sosial. Dan jika dikaitkan dengan pengembangan sektor pariwisata, maka kondisi sosial masyarakatnya yang masih guyub, saling membantu dan bergotong-royong dan ramah tentu akan menjadi penilaian tersendiri di mata publik.
Terakhir, saya titip pesan agar Ruwat Bumi Guci ini terus dilestarikan, dikembangkan dan dikemas semakin apik lagi serta dipromosikan lebih gencar lagi. Kedepan, saya ingin tradisi Ruwat Bumi ini sebagai agenda tahunan tercatat dalam listing wisata budaya nasional, minimal di regional Jawa Tengah.Dan jelang pelaksanaannya, Ruwat Bumi Guci sudah harus menghiasi hastag Pesona Indonesia di media sosial dan pemberitaan online. Agenda Ruwat Bumi Guci harus menjadi viral, menjadi agenda yang dinanti publik, yang ditunggu-tunggu pencinta pariwisata, utamanya mereka yang ada di luar daerah. Untuk itu, kerjasama yang baik dan kolaborasi semua pihak menjadi kunci keberhasilannya. Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan sehingga acara ini dapat berjalan baik, membawa manfaat, membawa keberkahan serta kemaslahatan kita semua. Kabupaten Tegal, mbangun berkah, gawe bungah. Pungkas Umi Azisah.
(Iman)